TEORI ORGANISASI

Organisasi dapat diartikan sebagai suatu perserikatan orang yang masing-masing diberi peranan tertentu dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan peranan tersebut bersama-sama secara terpadu mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama (Robbins, 1990, Luthans, 2006; Kreitner & Kinicki, 2007; Robbins & Judge, 2009). Organisasi dapat didefinisikan sebagai arena tempat manusia berkumpul untuk melakukan tugas kompleks untuk memenuhi tujuan bersama (Narayanan & Nath, 1993). Organisasi adalah entitas sosial yang secara sadar dikoordinasikan dengan batasan yang relatif dapat diidentifikasikan dengan terus menerus bekerja sama untuk mencapai tujuan umum (Robbins, 1990, Luthans, 2006; Kreitner & Kinicki, 2007). Organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Perkataan dikoordinasikan dengan sadar mengandung pengertian manajemen. Kesatuan Sosial berarti bahwa unit itu terdiri dari orang atau kelompok orang yang berinteraksi satu sama lain. Pola interaksi yang diikuti orang di dalam sebuah organisasi tidak begitu saja timbul melainkan telah dipikirkan terlebih dahulu. Karena organisasi sosial merupakan kesatuan sosial maka pola interaksi anggotanya harus diseimbangkan dan diselaraskan untuk memastikan bahwa tugas yang kritis telah diselesaikan (Robbins & Judge, 2009).

Organisasi sebagai sistem terbuka maka organisasi memiliki ciri yang senantiasa dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Model Kontijensi organisasi memandang bahwa tidak ada satupun bentuk organisasi yang terbaik atau bentuk universal dari organisasi. Sistem organisasi dan pendekatan kontijensi memperhatikan pentingnya teknologi dalam struktur, manajemen dan fungsi kerja organisasi. Teknologi diartikan sebagai aspek fisik seperti mesin, peralatan, proses, tata letak yang dipergunakan dalam proses perubahan. Organisasi adalah entitas sosial yang secara sadar dikoordinasikan dengan batasan yang relatif dapat diidentifikasikan dengan terus menerus bekerja sama untuk mencapai tujuan umum (Daft, 1992; House et al, 2004; Kreitner & Kinicki, 2007; Robbins & Judge, 2009). Bagian pokok dalam organisasi, yaitu: (1) Kesatuan sosial, berarti organisasi terdiri dari kelompok (himpunan, perserikatan) orang yang saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dalam suatu kesatuan yang bermakna bagi dirinya dan bagi organisasi (House et al., 2004; Luthans, 2006; Kreitner & Kinicki, 2007; Robbins & Judge, 2009); (2) Struktur dan koordinasi, Aktivitas rang dalam organisasi dirancang dan disusun dalam pola tertentu yang menggambarkan tugas pokok dan fungsi, mekanisme kerja setiap bagian, dan hubungan kerja antar bagian. Pelaksanaan kegiatan setiap bagian tersebut dilakukan secara bersama-sama, menyeluruh, seimbang dan terpadu (House et al., 2004; Luthans, 2006; Kreitner & Kinicki, 2007; Robbins & Judge, 2009); (3) Batasan yang dapat diidentifikasi. Setiap organisasi mempunyai batasan yang membedakan antara anggota organisasi dan bukan anggota organisasi, siapa dan apa yang menjadi bagian dan bukan menjadi bagian organisasi. Batasan organisasi dapat diidentifikasi melalui kontrak perjanjian yang disepakati oleh anggota dan organisasi. Anggota organisasi mempunyai ikatan dan berkontribusi secara terus-menerus melakukan aktivitas organisasi. Batasan organisasi ini juga dapat teridentifikasi melalui aktivitas organisasi, yang dilakukan oleh para anggotanya (House et al., 2004; Luthans, 2006; Cameron & Quinn 2006; Kreitner & Kinicki, 2007; Robbins & Judge, 2009); dan (4) Tujuan. Organisasi timbul dan melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan. Tujuan organisasi mencakup juga tujuan individu yang berada dalam organisasi tersebut. Tujuan organisasi tidak dapat dicapai oleh orang yang berada di dalam organisasi secara sendiri-sendiri, tapi harus dilakukan secara kerjasama yang saling mendukung secara berkelompok (House et al., 2004; Luthans, 2006; Cameron & Quinn, 2006; Kreitner & Kinicki, 2007; Robbins & Judge, 2009).

Robbins dan Judge (2009) bahwa organisasi mengakui adanya kebutuhan untuk mengkoordinasi pola interaksi anggota organisasi secara formal. Struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa yang melapor kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti. Struktur organisasi mempunyai tiga komponen yaitu: (1) Kompleksitas mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi. Termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hirarki organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis; (2) Formalitas merupakan tingkat sejauhmana organisasi menyandarkan dirinya kepada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari karyawannya; dan (3) Sentralisasi mempertimbangkan dimana letak dari pusat pengambilan keputusan. Sentralisasi dan Desentralisasi merupakan dua ujung dari sebuah rangkaian kesatuan. Organisasi cenderung untuk desentralisasi atau cenderung didesentralisasi. Menetapkan letak organisasi di dalam rangkaian keputusan tersebut merupakan salah satu faktor utama di dalam menentukan apa jenis struktur yang ada.

Teori organisasi merupakan seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang secara sistematis dapat mendeskripsikan dan menjelaskan dimensi organisasi dan aturan. Teori organisasi digunakan untuk memahami fenomena organisasi, mendiagnosis dan menganalisis masalah dan merumuskan alternatif pemecahan masalah secara tepat serta memprediksi keberhasilan organisasi. Teori Organisasi adalah disiplin ilmu yang mempelajari stuktur dan desain organisasi. Teori organisasi menunjuk aspek deskriptif maupun preskriptif dari disiplin ilmu tersebut. Teori ini menjelaskan bagaimana organisasi dapat dikonstruksi guna meningkatkan keefektifan mereka. Dalam Teori Organisasi, unit analisisnya adalah organisasi itu sendiri atau sub utamanya. Teori Organisasi memfokuskan diri kepada perilaku dalam organisasi dan menggunakan definisi yang luas tentang keefektifan organisasi. Teori Organisasi tidak hanya memperhatikan prestasi dan sikap para pegawai tetapi juga kemampuan organisasi secara keseluruhan untuk menyesuaikan diri dan mencapai tujuan (Ernawan, 2011).

 

Oleh:

Nicholas Simarmata, M.A.

 

PUSTAKA

Cameron, K.S. & Quinn, R.E. (2006). Diagnosing And Changing Organizational Culture: Based On The Competing Values Framework. USA: Jossey-bass.

Daft, R.L. (1992). Organizational and Design. New York: Prentice Hall.

Ernawan, E.R. (2011). Organizational culture: Budaya organisasi dalam perspektif ekonomi dan bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta.

House, R., Hanges, P.J., Javidan, M., Dorfman, P.W. & Gupta, V. (2004). Culture, Leadership and Organizations: The Globe Study of 62 Societies. London: Sage Publication, Inc.

Kreitner, R. & Kinicki, A. (2007). Organization Behavior. New York; McGraw-Hall Inc.

Luthans, F. (2006). Organizational Behavior. New York, McGraw-Hill International Editions.

Narayanan, V.K. & Nath, R. (1993). Organization Theory: A Strategic Approach. Homewood, III.: Richard D. Irwin.

Robbins, S.P. & Judge, T.A. (2009). Organizational Behavior. New Jersey: Prentice-Hall International Inc.

Robbins, S.P. (1990). Organizational Theory: Structure, Design, and Application. Englewood Cliffs-New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Related Blog

Leave a CommentYour email address will not be published.