Budaya organisasi sebagai pola dan model yang terdiri atas kepercayaan dan nilai yang memberikan arti bagi anggota atau organisasi serta aturan bagi anggota untuk berperilaku di organisasi. Setiap organisasi memiliki makna tersendiri terhadap kata budaya itu sendiri antara lain identitas, ideologi, etos, pola eksistensi, aturan, pusat kepentingan, filosofi tujuan, spirit, sumber informasi, gaya, visi, dan cara. Setiap karakteristik itu bergerak pada kontinum dari rendah ke tinggi. Dengan menilai organisasi berdasar karakteristik budaya organisasi maka akan diperoleh gambaran majemuk budaya organisasi. Ada tujuh dimensi budaya yang terdiri atas konformitas, tanggung jawab, penghargaan, kejelasan, kehangatan, kepemimpinan, dan bakuan mutu. Karakteristik budaya organisasi mengacu pada konsep; (1) Sistem gagasan. Sistem gagasan bersumber dari konstruksi sosial pemikiran dan sistem pengetahuan.; (2) Perilaku. Perilaku adalah cara atau pola bertindak termasuk di dalamnya pola berkomunikasi antara pemimpin dan staf pemimpin, antara manajemen atas dan manajemen menegah, antara pimpinan dan karyawan, dan khususnya pola pengambilan keputusan; dan (3) Hasil perilaku. Dilandasi oleh konstruksi sosial sitem teknologi (Uha, 2013).
Karakteristik budaya organisasi menurut Uha (2013): (1) merupakan hasil belajar dalam pergaulan sosial dan tidak ada hubungannya dengan keturunan atau ciri-ciri biologis; (2) merupakan sistem nilai yang dianut dan dihayati bersama oleh segenap anggota kelompok sosial; (3) hidup dari generasi ke generasi; (4) mengandung sifat simbolis dan muncul atas dasar kemampuan orang dalam menciptakan lambang yang mengandung nilai; (5) menunjukkan pola, keteraturan, dan terintegrasi sebagai kebulatan; dan (6) mempunyai kemampuan adaptif atau dapat berubah karena merupakan manifestasi dari mekanisme adaptasi dengan lingkungan.
Adapun karakteristik budaya organisasi menurut Robbins (1998): (1) Inovasi dan keberanian mengambil risiko yaitu sejauh mana para karyawan didorong untuk inovasi dan pengambilan risiko; (2) Pelatihan terhadap detil yaitu sejauh mana para karyawan diharapkan memperlihatkan posisi kecermatan, analisis, dan perhatian pada perincian; (3) Berorientasi kepada hasil yaitu sejauh mana manajemen berfokus pada hasil, bukan pada teknis dan proses dalam mencapai hasil itu; dan (4) Berorientasi kepada manusia yaitu sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil pada orang dalam organisasi itu; (5) Berorientasi tim yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim bukan individu; (6) Agresif yaitu sejauh mana orang itu agresif dan kompetitif, bukannya suatu santai-santai; dan (7) Stabil yaitu sejauh mana keinginan organisasi menekankan diterapkannya status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
Budaya organisasi memiliki beberapa karakteristik menurut Luthans (1992) yaitu: (1) Peraturan perilaku yang harus dipatuhi. Dapat dijadikan pedoman dalam hubungan antara anggota organisasi, komunikasi, terminologi, dan upacara; (2) Norma. Berupa aturan tidak tertulis yang menentukan bagaimana cara bekerja; (3) Nilai yang dominan. Mengandung konsepsi yang jelas atau keyakinan tentang hal yang diinginkan atau diharapkan oleh anggota organisasi seperti konsepsi nilai tentang kualitas, efisiensi tinggi, absensi rendah; (4) Filosofi. Berkaitan dengan kebijaksanaan organisasi serta menyangkut cara memperlakukan anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan; (5) Aturan. Berisi petunjuk mengenai pelaksanaan tugas dalam organisasi; dan (6) Iklim organisasi. Menggambarkan lingkungan fisik organisasi, perilaku hubungan antar anggota, juga hubungan organisasi dengan pihak di luar organisasi.
Karakter budaya organisasi menurut Turner-Hampden (1990): (1) Budaya dibentuk oleh individu. Budaya organisasi berasal dari anggota organisasi yang potensial. Mereka menggunakan budaya untuk memperkuat gagasan, perasaan, dan informasi yang sejalan dengan kepercayaan mereka; (2) Budaya dapat menghasilkan keunggulan. Budaya mewujudkan keinginan dan aspirasi dari anggota organisasi sehingga budaya dapat menciptakan kepuasan dan merupakan sumber motivasi yang kuat; (3) Budaya adalah suatu penguatan. Keberhasilan anggota organisasi dapat timbul karena mereka telah mengalami saat awal organisasi mulai terbentuk, dan bagaimana mereka menciptakan dan mengembangkan norma, nilai atau prosedur. Budaya organisasi akan kuat jika anggotanya membutuhkan jaminan keamanan dan kepastian; (4) Penguatan budaya cenderung untuk diperbanyak. Budaya organisasi dapat membawa dampak positif seperti mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik; (5) Budaya dapat diterima dan memiliki sudut pandang yang logis. Untuk dapat menghargai budaya organisasi, seseorang harus memahami bahwa segala perilakunya didasari oleh apa yang menjadi kepercayaannya. Anggapan bahwa budaya merupakan hal yang tidak logis biasanya muncul karena individu salah menggunakan dasar pemikiran mereka sendiri; (6) Budaya organisasi membekali para anggotanya dengan kontinuitas dan identitas; (7) Apabila anggota organisasi menganut, memperkokoh dan memperbanyak nilai yang sama maka organisasi tersebut akan dapat menghadapi setiap perubahan lingkungan, dan tetap pada identitasnya serta terjamin kelanjutan usahanya. Budaya organisasi dapat dijadikan pegangan bila terjadi guncangan; (8) Budaya menyeimbangkan nilai yang berlawanan. Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan yang menyeimbangkan antara kekacauan dan kesinambungan dan perubahan; (9) Budaya organisasi adalah sistem yang mengarahkan, berusaha, dan mempersiapkan sendiri usaha untuk menghilangkan hambatan dan gangguan. Dalam system ini, budaya organisasi mengolah umpan balik mengenai perubahan lingkungan, dan membuat penyesuaian yang dianggap paling cocok; (10) Budaya adalah suatu pola. Budaya organisasi bukan hanya benda atau objek tapi merupakan pola yang muncul bersamaan dengan bertambahnya waktu dan berkembangnya organisasi; (11) Budaya organisasi adalah komunikasi. Komunikasi menekankan pada pembagian pengalaman dan penyebaran informasi. Budaya organisasi dapat membuat anggotanya saling erat mendukung; (12) Budaya organisasi bersifat sinergis. Nilai yang berbeda dapat bergabung dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Konkretnya jika organisasi memiliki kreativitas yang tinggi, bukan ditunjukkan oleh promosi, tapi lebih dihargai jika produk tersebut merupakan gagasan yang orisinal; dan (13) Budaya dapat dipelajari dan organisasi harus mempelajarinya. Adanya perkembangan lingkungan usaha, ilmu pengetahuan, teknologi, dan penerapan promosi semakin pesat, sehingga setiap organisasi dituntut untuk memiliki anggota yang secara bersamaan mampu belajar mengenai perubahan tersebut, dan menyesuaikan dengan kemampuan sumberdaya internalnya. Hal ini akan dapat dipelajari dari berbagai sumber.
Maka dengan mengetahui dan memahami karakteristik budaya organisasi, anggota organisasi mulai dari pucuk pimpinan hingga bawahan didorong untuk memiliki cara pandang yang sama terhadap budaya organisasi sehingga nantinya pada penerapan dan pelaksanaan budaya organisasi akan bisa kompak dan selaras.
Oleh;
Nicholas Simarmata, S.Psi., M.A.
PUSTAKA
Luthans, F. (2006). Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill International Editions.
Robbins, S.P. (1998). Organizational Behavior: Concepts, Controversies, Applications. New York: Prentice-Hall.
Turner-Hampden, C. (1990). Corporate Culture: From Vicious to Virtuous Circles. London, Great Britain: The Economist Books Limited.
Uha, I.N. (2013). Budaya Organisasi Kepemimpinan Dan Kinerja: Proses Terbentuk, Tumbuh Kembang, Dinamika Dan Kinerja Organisasi. Jakarta: Penerbit Kencana. ISBN: 978-602-7985-33-9.