SUMBER KEKUASAN ORGANISASI

Kekuasaan organisasi tidak datang dengan sendirinya. Ditinjau dari aspek manajemen, kekuasaaan muncul dari struktur organisasi dimana struktur menyediakan pola hubungan yang stabil, logis, jelas dan rasional. Struktur organisasi merupakan peta alur kerja yang mendeskripsikan tanggung jawab, hak, dan kewajiban dan sistem balas jasa dalam organisasi. Struktur sebagai kekuatan formal perlu didukung oleh kekuatan yang berasal dari aspek individual seperti atribut personal, dan situasi, ataupun gabungan keduanya.

Atribut personal adalah sesuatu yang dibawa oleh seseorang seperti kepribadian, pengalaman, pendidikan, keahlian, gaya, dan atau kharisma. Atribut personal menjadi kekuatan dari seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas untuk mengarahkan orang lain sesuai dengan keinginan organisasi. Bawahan akan mempelajari perilaku pimpinannya dari segala aspek untuk dijadikan standar perilaku. Organisasi harus mengapresiasikan atribut personal sebagai salah satu kekuatan.

Sebagai contoh, Robert A. Lutz, Presiden Chrysler, ia oleh temana dan karyawannya dinilai memiliki kepribadian yang kuat dengan berbagai sebutan seperti cemerlang, tegas dan berani. Lutz lahir di Zurich tahun 1932. Pindah ke New York ketika ayahnya yang seorang bankir dipindahkan ke New York. Menjadi warga negara A.S pada usia 11 tahun. Lutz tidak menyelesaikan SMU-nya sampai pada usia 22 tahun. Tetapi dia tidak menyia-nyiakan waktunya. Ia belajar bahasa Perancis, Jerman, Italia dan Inggris. Lutz juga berminat pada sepeda motor, mobil, dan bahkan pesawat terbang yang membawanya dapat bergabung pada Marine Corp dengan maksud menjadi pilot pesawat tempur. Dia menjadi penerbang pesawat jet selama lima tahun dan menjadi penerbang cadangan U.S Marine Corps. Kemudian ia melanjutkan studinya di University of California di Berkeley dan pada usia 30 tahun memperoleh gelar BS dan MBA.

Pada tahun 1963, Lutz bekerja di General Motors (GM) sebagai perencana produk. Delapan tahun bekerja di GM, kemudian dipindahkan ke Eropa untuk menangani bagian operasi Ford’s Europe. Pada usia 50 tahun, ia kembali ke Amerika Serikat sebagai wakil presiden eksekutif dari operasi internasional Ford. Pada tahun 1986, pada usia 54 tahun, Lutz diminta oleh Chrysler untuk menjadi Presiden dan Chief Operating Officer. Kepribadiannya yang kuat, terbuka, dan cemerlang membuat dia memiliki kesan sebagai seorang pemimpin yang diperlukan oleh Chrysler dan dia mampu menaikkan citra Chrysler.

Dan cerita tentang Lutz dapat dipahami bahwa karakteristik individu, kepribadian, pengalaman serta situasi organisasi merupakan elemen yang mempunyai peran penting dalam pengelolaan organisasi dan implementasi budaya. Situasi lingkungan organisasi adalah elemen yang dapat menjadi penentu bagi pemimpin untuk mengembangkan kapabilitasnya dalam mendorong munculnya pemikiran dan tindakan baru baik yang adaptif maupun yang proaktif.

Contoh yang lain yaitu Thomas Watson Sr, dari Raksasa Biru IBM, adalah seorang pemimpin yang memiliki visi dan kepribadian kokoh. Ketika mainframe kebanggaan IBM terpuruk dipecundangi inovator Asia dengan Personal Computer-nya dan kerugian terus meningkat, Watson Sr sang pendiri mempunyai ide untuk mencari pemimpin yang memiliki kepribadian dan pengalaman. Watson Sr meminta eksekutif kenamaan dari RJR Nabisco dan Louis V.Gerstner untuk mengendalikan IBM. Gerstner yang memiliki kepribadian kokoh dengan senang hati meluluskan permintaaan Watson.

Ketika Gerstner mulai masuk di IBM, langkah pertamanya adalah memangkas program ’’lifetime employment’’ yang dikembangkan Watson pada masa jayanya IBM, dengan memutuskan hubungan kerja lebih dari 100.000 karyawannya. Namun Gerstner tetap menghormati pada nilai inti yang dibangun oleh Watson Sr yaitu; (1) setiap orang harus dihormati, (2) pelanggan harus diberi pelayanan yang terbaik, dan (3) menjaga mutu yang tinggi dan prestasi yang prima. Gerstner merupakan sosok yang tepat untuk kondisi IBM pada saat itu dan dibawah kepemimpinannya, IBM dapat kembali pada meningkatkan pasarnya.

Bagi organisasi yang baru didirikan, sumber kekuatan utama dalam implementasi budaya adalah pendiri atau pemilik yang biasanya menjadi pemimpin pertama. Pendiri mempunyai kekuasaan untuk merekrut orang terpilih untuk menjadi kelompok pendiri yang ikut mendesain nilai yang harus dibangun dan mengimplementasikannya secara benar. Pendiri dan tokoh utama lain di manajemen puncak mempunyai hak dan kewajiban untuk mengajarkan budaya yang dibangun kepada karyawan baik melalui cara formal maupun keteladanan dalam perilaku sehari-hari.

Proses implementasi memerlukan waktu, karena tidak semua karyawan di tiap tingkatan memiliki latar belakang sosial-ekonomi-budaya dan motivasi yang sama ketika mereka bergabung di organisasi. Bagi karyawan tingkat menengah dan atas, barangkali tidak sulit untuk menerima filosofi dan nilai yang dibangun oleh pendiri karena perekrutan sudah mengarah pada kesepahaman tentang visi dan misi organisasi. Tetapi bagi karyawan tingkat operasional, perlu waktu dan model keteladanan yang berbeda.

Manajer atau pemimpin puncak dan menengah adalah pengelola, pengawas, dan teladan bagi organisasi. Perilaku pemimpin baik individual maupun-organisasional di dalam maupun di luar tugas merupakan cermin bagi karyawan. Pemimpin harus memahami sumber kekuasaan dalam implementasi budaya yaitu filosofi, sistem keorganisasian, tujuan, atribut personal serta situasi lingkungan eksternal dimana organisasi berada.

 

Disarikan dari:

Poerwanto. (2008). Budaya Perusahaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ISBN: 978-979-1277-90-7.

 

Oleh:

Nicholas Simarmata, M.A.

 

 

Related Blog

Leave a CommentYour email address will not be published.