Tradisi adalah sebuah kata benda. Tradisi bisa berarti adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat. Tradisi bisa juga berarti penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Mengacu pada penjelasan diatas maka tradisi terkait dengan masa lampau/lalu, disosialisasikan dari generasi ke generasi, kebiasaan dari waktu ke waktu, dan cara yang paling sesuai karena telah melewati atau melampaui jaman. Bisa jadi, tradisi diasosiasikan dengan hal-hal yang berbau tradisional atau non modern. Padahal sebenarnya tidak perlu mempertentangkan antara tradisi dengan modernitas. Dalam konteks perilaku kerja, malah tradisi bisa menjadi basis atau filosofi bagi modernitas. Artinya tradisi dapat menjadi sebuah kebiasaan atau pola yang terus disosialisasikan dalam rangka menciptakan kemajuan dan kebaruan. Mengapa bisa demikian?
Di seluruh dunia, manusia menyaksikan suatu peralihan: masyarakat pertanian-peternakan menjadi masyarakat industri dan jasa. Dunia tengah menyaksikan runtuhnya perusahaan besar-pemilik merek yang 10-30 tahun yang lalu begitu memesona dan berkibar. Tumbang di sana-sini, seperti yang dialami Kodak dan Nokia. Dunia telah berubah dari segala sisi. Pertama, teknologi, khususnya infokom, telah mengubah dunia tempat kita berpijak. Teknologi telah membuat segala produk menjadi jasa, jasa yang serba-digital, dan membentuk marketplace baru, platform baru, dengan masyarakat yang sama sekali berbeda. Kedua, muncul generasi baru yang menjadi pendukung utama gerakan ini. Mereka tumbuh sebagai kekuatan mayoritas dalam peradaban baru yang menentukan arah masa depan peradaban. Itulah generasi milenial. Ketiga, kecepatan luar biasa yang lahir dari microprocessor dengan kapasitas ganda setiap 24 bulan menyebabkan teknologi bergerak lebih cepat dan menuntut manusia berpikir dan bertindak lebih cepat lagi. Manusia dituntut untuk berpikir eksponensial, bukan linier. Manusia dituntut untuk merespon dengan cepat tanpa keterikatan pada waktu (menjadi 24 jam sehari, 7 hari seminggu) dan tempat (menjadi di mana saja), dengan disruptive mindset. Keempat, sejalan dengan gejala disrupted society, muncullah disruptive leader yang dengan kesadaran penuh menciptakan perubahan dan kemajuan melalui cara baru. Ini jelas menuntut mindset baru; disruptive mindset. Kelima, bukan cuma teknologi yang tumbuh, tetapi juga cara mengeksplorasi kemenangan. Manusia baru mengembangkan model bisnis yang amat disruptive yang mengakibatkan barang dan jasa lebih terjangkau, lebih mudah terakses, lebih sederhana, dan lebih merakyat. Mereka memperkenalkan sharing economy, on demand economy, dan segala hal yang lebih real time. Keenam, teknologi sudah memasuki gelombang ketiga: Internet of Things. Hal ini berarti media sosial dan komersial sudah memasuki titik puncaknya. Dunia kini memasuki gelombang smart device yang mendorong kita semua hidup dalam karya yang kolaboratif Kasali, R. (2017).
Nah, untuk menjawab dan menghadapi hal tersebut, salah satu hal yang kita bisa lakukan dan terapkan adalah melalui inovasi. Inovasi atau rekacipta merupakan sebuah kata benda yang bermakna pemasukan hal-hal yang baru atau sebuah pembaruan (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Namun demikian, inovasi memang tidak selalu berkaitan erat dengan (ide) hal yang sama sekali baru. Ia bisa saja merupakan hasil replikasi dari tempat lain. Tetapi saat ide tersebut diambil, kemudian melalui serangkaian proses perubahan dan penyesuaian dengan lingkungan baru, dan berujung pada dimunculkannya sisi baru yang dilekatkan, yang tidak ada pada tempat asal replikasi tersebut (Imron, 2020).
Berikut beberapa contoh organisasi yang namanya sudah cukup kita kenal yang menurut penulis sudah menjadikan inovasi sebagai tradisi:
Yang pertama adalah sebuah mobil buatan Jepang yang bermerek Honda. Dalam hal ini yang dicontohkan adalah tipe Civic.
Sumber: https://www.oto.com/artikel-feature-mobil/honda-civic-dari-masa-ke-masa. Diakses 9-8-2020.
Yang kedua adalah mobile phone buatan Amerika yang bermerek Apple.
Sumber: https://www.merdeka.com/teknologi/peringati-ultah-ke-10-ini-kiprah-apple-iphone-dari-tahun-ke-tahun.html.Diakses 9-8-2020
Yang ketiga adalah perusahaan multinasional dari Amerika Serikat yang bermerek Microsoft.
Sumber: https://pemmzchannel.com/2020/01/31/perubahan-logo-microsoft-windows-dari-waktu-ke-waktu/. Diakses 9-8-202
Maka dari itu kita bisa menggabungkan antara tradisi dengan inovasi. Antara tradisi dan inovasi bisa berjalan paralel atau saling beriringan. Dalam artian, antara tradisi dengan inovasi saling melengkapi dan memperkuat. Sehingga dalam perilaku kerja, kita mempunyai tradisi untuk selalu melakukan inovasi. Inovasi menjadi suatu kebiasaan di dalam kita bekerja dan berkarya. Inovasi selalu disosialisasikan terus menerus ke seluruh anggota organisasi agar menjadi pola pikir dan pola tindak bersama. Inovasi menjadi roh dan semangat serta cara yang paling baik dan benar. Agar ketika di dalam perilaku kerja, kita bisa selalu proaktif membuat kemajuan dan kebaruan yang berguna untuk pribadi dan organisasi.
Oleh:
Nicholas Simarmata, S.Psi., M.A.
Pustaka
Imron, M. (2020). Kolaborasi Quadruple Helix Dalam Menciptakan Inovasi Konsep Wisata Edukasi Kampung Nanas Di Desa Palaan. Journal of Public Sector Innovations. Vol. 4. No. 2. Halaman 68-74.
Kamus Bahasa Indonesia. (2008). Pusat Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-689-779-1.
Kasali, R. (2017). Disruption: Tak ada yang tak bisa diubah sebelum dihadapi motivasi saja tidak cukup. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN: 978-602—3-3868-2.